Ada yang keningnya langsung berkerut ya baca judul kali ini??? Atau merasa biasa aja??? Itu juga perasaanku saat pertama kali masuk kelas Strategic Human Resources Management (SHRM) di semester 2 lalu. Pikiran yang pertama kali melintas adalah waaahhh bakal susah ini mata kuliah. Pengajarku Pak Gerhard Rumeser, kalo ga salah salah satu Direktur di BUMN dan dah berpengalaman di bidang SHRM. Buku yang digunakan berjudul Human Resource Management: Gaining a COmpetitive Advantage karangan Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright edisi terbaru, 2008 dan harus asli. Sang dosen tidak menolerir penggunaan buku fotokopian dalam kelasnya namun beliau adalah dosen yang sangaaaaaaaaaaaaaatttttttttttttttttt baik hati karena beliau bersedia menanggung setengah biaya pembelian buku tersebut. Alhamdulillah, akhirnya punya juga buku kuliah asli.
Oke, kuliah pertama biasalah perkenalan dan pembagian jadwal presentasi bab2 yang ada dalam buku tersebut. Ketika kuliah berikutnya, kelompok pertama mempresentasikan bab yang dimaksud. Nah, setelah itu Sang Dosen memberikan penjelasan lebih atas bab yang dipresentasikan. Minggu2 berikutnya pun seperti itu dan tidak ada satupun dari anggota kelas kami yang ingin ketinggalan kuliah beliau. Saat kuliah ini pula, kami menyadari bahwa SHRM bukanlah barang asing, mahal dan hanya untuk perusahaan besar dan sudah berkembang saja. SHRM dapat diterapkan di perusahaan kecil.
Salah satu contoh yang paling kuingat adalah saat ada salah seorang teman sekelasku memberikan pernyataan bahwa SHRM hanya dapat diaplikasikan di perusahaan besar dan maju. Sang Dosen kemudian memberikan contoh di sebuah warung tegal. Ilustrasinya begini :
Saat pertama kali membuka warung tegal, pemilik warung yang melayani semua hal mulai dari menyiapkan makanan yang akan dijual, menyambut pelanggan yang datang, melayani pelanggan tersebut sampai menerima pembayaran. Saat awal berdirinya warung, pemiliki masih dapat mengerjakan semua hal tersebut sendirian. Namun saat warungnya makin dikenal orang, pekerjaan2 tersebut tidak dapat lagi dikerjakannya sendirian. Mulailah dia mencari orang yang dapat membantunya sehingga semua pelanggan yang datang dapat dilayani dengan baik (rekrutmen & seleksi). Tentunya dengan adanya tambahan orang baru akan berimplikasi pada keharusan membayar upah (kompensasi). Namun sebelum sampai ke situ, pegawai baru ini harus dilatih dulu bagaimana cara melayani pelanggan dengan baik (training & development) sesuai dengan kriteria yang diinginkan pemilik warung (kompetensi). Sampai di sini masih sederhana. Kemudian pemilik melihat perkembangan usahanya. Ternyata pegawai barunya hanya sibuk saat menjelang makan siang saja, selebihnya bisa dibilang menganggur. Di sini pemilik warung berpikir bahwa upah yang diberikan terlalu tinggi untuk beban kerja yang diemban pegawainya. Lalu pemilik warung mulai berpikir lagi dan sampai pada kesimpulan bahwa lebih baik mengupah pegawai hanya menjelang saat2 sibuk saja.
Setelah diberikan ilustrasi sederhana ini, kami sekelas langsung ber-ooooooooooooooooooo yang panjang. Hilang sudahlah pemikiran bahwa SHRM hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar dan maju saja. Ternyata SHRM dapat diterapkan mulai dari perusahaan kecil sekelas warung tegal hingga perusahaan besar.
Ini adalah salah satu pelajaran yang kuingat sampai saat ini dan kebetulan tesisku pun menyangkut masalah ini. Thanx Pak Gerhard, mata kuliah yang berat ga terasa berat lagi dan membuat kami mampu mencernanya dengan baik plus nempel di kepala. Masih ada beberapa topik lainnya, tapi di tulisan lainnya aja deh. Hari dah semakin sore, anak2 dah mau tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar